Kamis, 07 Mei 2015

Panduan Lengkap Budidaya Ikan Mas


PANDUAN LENGKAP BUDIDAYA IKAN MAS





Panduan lengkap budidaya ikan mas Ikan mas (Cyprinus carpio) didatangkan ke Indonesia dari Eropa dan Tiongkok. Menurut catatan sejarah, sejak tahun 1860 masyarakat Ciamis, Jawa Barat, sudah menguasai cara membenihkan ikan mas dengan bantuan kakaban. Suatu alat yang terbuat dari ijuk untuk meletakkan telur hasil pembuahan. Budidaya ikan mas idealnya dilakukan pada ketinggian 150-1000 meter dpl. Suhu ideal untuk pertumbuhan ikan mas berada pada rentang 20-25oC dengan pH air berkisar 7-8. Dewasa ini, usaha budidaya ikan mas terbagi dalam dua segmen, yakni usaha pembenihan dan pembesaran. Usaha pembenihan menghasilkan bibit ikan untuk dibesarkan lebih lanjut. Pangsa pasar usaha pembenihan adalah petani ikan yang menekuni usaha pembesaran. Sedangkan usaha pembesaran menghasilkan ikan ukuran konsumsi, pangsa pasarnya konsumen akhir.

Pembenihan ikan mas
 
Untuk memulai usaha budidaya ikan mas, hal pertama yanng harus disiapkan adalah memilih bibit atau calon indukan. Calon indukan ini diusahakan harus dari keturunan yang memiliki sifat unggul. Sehingga menghasilkan benih yang memiliki produktivitas tinggi. Calon indukan ikan mas dipelihara dalam kolam pembibitan, dipisahkan antara indukan jantan dan betina. Pemisahan dilakukan sampai kedua indukan siap memijah. Proses pemijahan atau perkawinan ikan mas dilakukan di kolam khusus. Kolam tersebut harus dilengkapi dengan kakaban, tempat untuk menempelkan telur hasil pembuahan.
Pembesaran ikan mas
Benih yang digunakan dalam usaha budidaya ikan mas biasanya berukuran 10-12 cm atau berbobot sekitar 80-100 gram per ekor. Ukuran benih sebesar ini diharapkan sudah cukup kuat untuk dibesarkan. Sehingga risiko kegagalan bisa ditekan. Lama pembesaran ikan mas berkisar 2-3 bulan. Budidaya ikan mas bisa dilakukan dalam berbagai teknik seperti metode air deras, air tenang atau tumpang sari. Medium atau tempatnya bisa berupa kolam tanah, kolam tembok, kolam terpal, sawah, keramba dan jaring apung.

a. Kolam tanah (air tenang) 

Sebagian besar petani melakukan budidaya ikan mas di kolam air tenang dengan lantai tanah. Kolam tanah banyak dipakai karena cara membuatnya mudah dan biaya pembuatannya murah, silahkan lihat cara membuat kolam tanah. Terdapat dua tipe kolam tanah, yakni kolam tanah dengan tanggul tanah dan kolam tanah dengan tanggul tembok atau batu. Kolam tanah mempunyai keunggulan bisa menyediakan pakan alami bagi ikan. Berbagai organisme selain ikan, seperti cacing atau tumbuhan air bisa tumbuh subur di dasar kolam. Tipe kolam ini membantu mengurangi biaya pakan. Berikut ini langkah-langkah persiapan untuk budidaya ikan mas di kolam tanah: Sebelum kolam digunakan, lakukan terlebih dahulu pembajakan dasar kolam, penjemuran, pegapuran, pemupukan dan penggenangan air. Persiapan ini membutuhkan waktu 1-2 minggu, tergantung cuaca saat penjemuran kolam. Detailnya silahkan baca persiapan kolam tanah untuk budidaya ikan. Gunakan benih ikan mas berukuran 100 gram per ekor. Kapasitas kolam tanah untuk budidaya ikan mas sebesar 1-2 ekor/m2. Berikan pakan utama berupa pelet dengan kadar protein 25%. Dosis pemberian pakan sebanyak 3-4% dari bobot ikan. Misalnya, untuk ikan dengan bobot 100 gram berikan pakan 3-4 gram pelet per ekor per hari. Bila kita menanam 1000 ekor ikan berarti dibutuhkan pakan 3-4 kg per hari. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari, diberikan pagi, siang dan sore hari. Setiap 2 minggu lakukan penimbangan bobot tubuh ikan mas. Ambil beberapa ekor secara acak, timbang. Lalu sesuaikan jumlah pakan yang diberikan. Dalam waktu 3 bulan, bobot ikan akan naik menjadi sekitar 300-400 gram per ekor. Dengan ukuran sebesar ini ikan sudah bisa dipanen. Bila terus dipelihara, biaya pakan menjadi tidak ekonomis lagi kecuali harga ada tawaran harga jual ikan yang lebih tinggi.

b. Kolam air deras 

Kolam air deras adalah tempat budidaya ikan dengan sirkulasi air yang cepat. Untuk membuat kolam air deras diperlukan debit air besar dan arus yang kuat. Kelebihan budidaya ikan mas di kolam air deras adalah ikan akan terus bergerak sehingga nafsu makannya besar. Selain itu kadar oksigen terlarut dalam kolam air deras relatif lebih tinggi. Sehingga kolam air deras mempunyai kapasitas padat tebar ikan yang lebih besar dibanding kolam air tenang. Luas kolam air deras biasanya berukuran kecil, tidak sebesar kolam air tenang. Lahan atau areal kolam dipetak-petakkan menjadi ukuran kolam yang kecil-kecil agar aliran air bisa tetap deras. Kedalaman kolam dibuat lebih dalam dibanding kolam air tenang. Dinding kolam terbuat dari tembok untuk mencegah erosi akibat kikisan air. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan mas di kolam air deras: Kolam air deras membutuhkan debit air yang besar sekitar 25-100 liter/detik. Pastikan sumber air tetap lancar. Gunakan benih ikan dengan bobot 100 gram/ekor. Kapasitas penebaran benih di kolam air deras adalah 30-60 ekor/m2. Semakin deras aliran air, kapasitasnya semakin besar. Berikan pakan dengan kandungan protein 25-30%. Pelet yang diberikan harus bisa bertahan dalam air, tidak mudah hancur karena aliran air cukup kencang. Dosis pemberian akan adalah 4% dari bobot tubuh ikan. Timbang sebagian ikan setiap dua minggu sekali untuk menyesuaikan jumlah pakan. Pemberian pakan bisa dengan cara ditebar atau menggunakan wadah almunium yang diletakan di atas kolam dengan pendulum menjulur ke dalam air. Pakan akan jatuh bila ikan menggerak-gerakkan pendulum. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari, pagi, siang dan sore. Budidaya ikan mas bisa dipanen setelah 2,5-3 bulan, dengan hasil 3-4 kali lipat dari bobot awal. 

c. Jaring apung 

Budidaya ikan mas di jaring apung biasanya dilakukan di waduk-waduk besar dan danau. Jaring terbuat dari bahan polyethylene yang tahan lama. Jaring dibuat menggantung pada kerangka rakit berbentuk segi empat. Kedalaman jaring apung maksimal 3 meter. Bahan yang digunakan untuk kerangka kolam adalah biasanya bambu atau kayu. Kerangka tersebut mengapung di atas air dengan bantalan dari drum atau jeriken. Agar kerangka tidak terbawa arus air, harus dipasang jangkar yang menambat ke dasar kolam. Jaring apung biasanya dilengkapi dengan saung yang digunakan penunggu atau menyimpan peralatan dan pakan. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan mas di jaring apung: Gunakan jaring berukuran 1,5 cm. Kedalaman jaring apung 3 meter. Gunakan benih berukuran 100 gram per ekor. Kapasitas padat tebar jaring apung sekitar 30 ekor/m2. Pakan berupa pelet dengan kadar protein 25%. Jumlah pakan yang dibutuhkan setiap hari adalah 4% dari bobot tubuh ikan. Timbang sebagian ikan setiap dua minggu untuk menyesuaikan jumlah pakan. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari. Ikan mas bisa dipanen setelah 3 bulan dengan ukuran 300-400 gram/ekor. 

Pengendalian hama dan penyakit 

Usaha budidaya ikan mas berkembang sangat pesat. Seiring dengan itu, penyebaran penyakit pun menjadi resiko yang wajib diperhitungkan. Untuk meminimalkan resiko, setiap pembudidaya perlu mengetahui berbagai penyakit yang biasa menyerang ikan mas. Lebih detail, silakan baca hama dan penyakit ikan mas. 

Panen budidaya ikan mas 

Secara umum tingkat keekonomian pembesaran ikan mas berada pada kisaran 300-400 gram per ekor. Bobot ikan dibawah itu, masih punya potensi untuk dibesarkan. Sedangkan bila melebihi bobot tersebut, ikan mas sudah tidak ekonomis lagi untuk dibesarkan. Porsi pakan yang dikonsumsi ikan sudah tidak sebanding lagi dengan pertumbuhan dan harga jual ikan. Semakin lama waktu pembesaran semakin besar biaya operasional yang harus dikeluarkan. Biaya pemeliharaan, khususnya untuk pakan akan semakin besar dengan meningkatnya bobot ikan per ekor. Namun hal tersebut masih tergantung pada kondisi pasar. Bila ada pasar yang mau menerima ikan mas berukuran besar dengan harga per kilogramnya lebih mahal, pembesaran masih layak. Waktu yang dibutuhkan untuk budidaya ikan mas dari ukuran 100 gram per ekor, sampai ukuran siap konsumsi 300-400 gram ekor sekitar 2-3 bulan. Dalam kurun waktu tersebut bobot ikan akan tumbuh 3-4 kali lipat.

Rabu, 22 April 2015

Analisis Usaha Perikanan dengan komoditas lele di kolam terpal untuk pemula



Analisis Usaha Perikanan dengan komoditas lele di kolam terpal untuk pemula


Ternak Lele merupakan usaha kecil yang bisa di jalankan dengan modal yang seadanya. Saat anda tidak memiliki modal untuk membuat kolam tanah yang permanen serta tidak memiliki lahan luas, maka anda bisa menggunakan kolam terpal untuk menjalankan usaha modal kecil budidaya lele. Namun, jangan salah, keutungan dari usaha ini bisa mencapai jutaan rupiah sertiap bulannya.

Ternak lele dengan kolam terpal telah banyak di lakukan oleh para petani. Penggunaan kolam terpal sebagai media hidup lele memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah :

1. Mudah

Menggunakan media kolam terpal ternyata lebih mudah. Dalam sehari, atau bahkan kurang dari sehari anda bisa membuat kolam terpal sederhana. Selain itu, pembuatan kolam terpal tidak terlalu menguras tenaga.

2. Hemat

Karena hanya menggunakan bambu dan terpal, kolam terpal untuk ikan lele tidak membutuhkan modal besar. Kisaran modal tergantung usaha anda, berapa ukuran kolam yang ingin di buat serta berapa kolam yang ingin anda miliki.

3. Lebih terkontrol

Pemeliharaan lele dalam kolam terpal akan lebih mudah dalam pengontrolan terutama masalah hama dan penyakit. Anda bisa menghindarkan lele dari berbagai hama dan penyakit. Juga lebih mudah dalam mengontrol suhu, cuaca dan intensitas air.

4. Lebih Fleksibel


Dengan kolam terpal, anda bisa membuat kolam untuk tenak lele sesuai dengan lahan dan kekuatan modal anda. Sehingga anda akan lebih mudah mengelola usaha anda dan tidak akan terkendala oleh permodalan.

5. Memudahkan pembersihan

Saat anda membersihkan kolam terpal, anda tidak akan menjumpai kesulitan. Anda tinggal mencuci terpal tersebut dan hasilnya akan bersih dengan mudah.
Analisa Usaha Ternak Lele Dalam Kolam Terpal
Biaya investasi

1. 2 buah terpal ukuran 2 x 65.000              : @Rp. 130.000,- Rp. 300.000,-
2. Bambu                                                    : Rp. 50.000,-
3. Paku 1 kg                                               : Rp. 10.000,
Jumlah                                                         Rp. 360.000,-

Biaya Produksi

  • Bibit/benih 2000 ekor @Rp.2500,-             Rp. 500.000,-
  • Pakan :
Pakan Cacing Sutra 10 kg @Rp 6.000,-              Rp. 60.000,
Pakan / pelet 2Bal @Rp. 190.000,-                      Rp. 380.000,-
  • Biaya obat/lain-lain                                     Rp. 50.000,-
  • Jumlah   modal operasional                         Rp. 990.000,-

Jumlah modal awal                                               = Rp. 1.350.000
Modal awal hanya di keluarkan pada saat pertama memelihara ikan lele, untuk masa pemeliharaan selanjutnya berarti setiap bulannya anda hanya mengeluarkan uang sebesar Rp. 990.000,-

Pendapatan Usaha Ternak lele Dengan Kolam terpal
Kisa Asumsikan total lele yang dapat di penen adalah 500 Kg dengan kematian sebesar 10 %.
Harga ikan  lele  = Rp. 10.000/kg (harga bisa berubah sewaktu-waktu)
500 X 10.000 = Rp. 5.000.000,-

Total Keuntungan bersih : Rp. 5.000.000 - Rp. 1.350.000,- = Rp. 3. 650.000,- ( Panen Pertama )
Untuk pemeliharaan lele ke dua dan seterusnya maka keuntungannya adalah 
Rp. 5.000.000 - Rp.990.000,- = Rp. 4.010.000,-

Selain usaha pembesaran ikan lele, anda juga bisa mencoba untuk menjalankan usaha pembenihan. Di beberapa kota di Indonesia, para petani lele menjual benih lele dalam ukuran gelasan, ukuran 1-2, ukuran 2 -3, ukuran 4 - 6 dst.

Anda bisa menjualnya dalam berbagai ukuran terserah anda, dan tentu akan membuat anda lebih mudah dalam mendapatkan hasil sehingga usaha ternak lele dalam kolam terpal akan membuat anda lebih cepat kaya. 
Apa bila ada pertanyaan silahkan komen aja. dengan senang hati akan saya jawab.

Minggu, 19 April 2015

Budidaya lele terpal sesuai CBIB


A. Sejarah Lele di Tanah Air

Pada tahun 1980— 1982 atau periode awal lele mulai didomestikasi di tanah air, peternak membudidayakan lele dalam kolam- kolam tanah. Teknik pemijahan pun masih secara tradisional. Para peternak memelihara induk lele jantan dan betina dalam 1 kolam. Biasanya, para peternak membuat kolam pemijahan di tepi sungai. Mereka juga menyediakan gentong-gentong di bagian tepi kolam sebagai tempat lele memijah. Anakan lele yang menetas dalam gentong itu kemudian dipelihara di kolam terpisah.

Pada periode 1982— 1984, sistem pemijahan dengan memasangkan induk lele jantan dan betina mulai dikenal. Caranya, peternak memilih pasangan- pasangan induk lele, kemudian tiap pasang indukan dipelihara di kolam ukuran 50 cm x 150 cm. Setelah memijah, benih lele dipelihara di kolam semen atau tanah. Sejak tahun 1980 hingga sekarang, usaha lele pun tak pernah sepi peminat bahkan berkembang kian pesat. dibudidayakan dengan modal usaha kecil. Selain itu, lele dapat dibudidayakan di lahan minim air dengan padat tebar tinggi. Akibat diperkenalkannya kolam terpal, lele dapat dibudidayakan di hampir semua tempat mulai di teras rumah, daerah bekas tambang, hingga di pesisir pantai.

Siapa tak kenal lele? Di tanah air, lele merupakan salah satu jenis ikan paling banyak dikonsumsi. Salah satu menu terpopuler di kalangan masyarakat adalah pecel lele yang banyak dijajakan di warung tenda pinggir jalan. Namun, di Eropa Tengah, catfish–sebutan lele dalam Bahasa Inggris–adalah menu mewah. Lele hanya disajikan saat ada pesta atau perayaan tertentu.
Kebiasaan itu bahkan dilestarikan sampai ke tanah jajahan Bangsa Eropa, yaitu Amerika. Di Negeri Paman Sam khususnya Amerika Serikat bagian Selatan, catfish menjadi menu yang sangat populer. Namun, catfish yang dikenal masyarakat Eropa dan Amerika itu berbeda dengan lele yang biasa kita santap. Mereka mengenal channel catfish yang memiliki nama ilmiah Ictalurus punctatus serta I. furcatus yang dikenal sebagai blue catfish. Sementara masyarakat Indonesia akrab dengan lele spesies Clarias spp.

Sebutan catfish yang biasa diartikan lele dalam Bahasa Indonesia, bukan merujuk pada satu spesies, melainkan pada beragam jenis ikan ordo Siluriformes. Ciri khasnya, pada bagian moncong terdapat indra peraba menyerupai kumis yang disebut barbell atau oleh masyarakat Jawa dikenal sebagai "sungut". Karena adanya kumis yang menyerupai kumis kucing itulah lele mendapat julukan catfish.

Jenis lele sangat beragam mulai dari lele raksasa Pangasianodon gigas asal Sungai Mekong, Vietnam, yang mencapai panjang 3 m dan bobot 300 kg hingga lele terkecil dari keluarga Aspredinidae dan Trichomycteridae yang panjang tubuhnya hanya sekitar 1 cm saat dewasa. Masyarakat Thailand Utara juga pernah menangkap lele mekong raksasa seberat 293 kg pada Mei 2005. Bangsa lele hidup di perairan darat maupun pantai dan tersebar luas di semua benua kecuali Antartika. Namun, daerah tropis di Amerika Selatan, Afrika, serta Asia memiliki keragaman jenis lele terbesar.

Di Indonesia, misalnya, terdapat setidaknya 6 jenis lele. Di antara keenam jenis itu, C. batrachus yang paling banyak dibudidayakan peternak. Jenis C. batrachus hidup di Asia Tenggara hingga India bagian Timur, Sri Lanka, Birma, serta Bangladesh. Sementara jenis C. gariepinus ditemukan di danau, rawa, dan sungai- sungai di Afrika serta Timur Tengah. Sebagian besar jenis plamond—sebutan lele di Thailand—hidup di air tawar terutama di perairan dangkal yang mengalir meski sebagian dapat ditemukan di air asin.

Secara alami, lele merupakan hewan omnivora pemakan ikan, moluska, cacing, bangsa udang, serta ganggang dan biasa mencari pakan di bagian bawah air.

B. Jenis - Jenis Ikan Lele yang di Budidayakan


Ikan lele (Clarias Sp.) banyak tersebar di perairan Asia dan Afrika. Jenis ikan lele sangat banyak, tidak semua ikan lele cocok untuk dibudidayakan dan dikonsumsi. Hanya dari jenis-jenis tertentu saja yang bisa dibudidayakan untuk tujuan konsumsi.
Jenis-jenis ikan lele yang dibudidayakan biasanya memiliki sifat unggul seperti pertumbuhan cepat dan tahan terhadap penyakit. Selain itu, ia harus bisa tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang mempunyai kepadatan tinggi dan kondisi air minim.
Ikan lele banyak hidup di perairan air tawar hingga air payau. Beberepa peternak lele di Pantura Jawa berhasil membudidayakan ikan lele di tambak bekas bandeng dan udang. Pada dasarnya, ikan lele hidup secara nocturnal, aktif bergerak di malam hari. Di perairan bebas lele berada di tempat-tempat air tergenang yang cenderung tenang seperti rawa, danau dan daerah sungai yang agak terlindung. Biasanya ikan ini memilih tempat-tempat yang teduh dan membuat lubang-lubang ditanah.
Ikan lele termasuk pada jenis ikan karnivora atau pemakan daging. Di alam ikan ini menyantap cacing, kutu, larva serangga dan siput air.  Pada keadaan tertentu ia bisa memangsa sesamanya alias kanibal. Biasanya, ikan lele menjadi kanibal karena tak ada makanan lain dan faktor perbedaan ukuran. Lele yang lebih besar akan memangsa kawanan yang lebih kecil.
Ikan lele berkembang biak dengan telur, dan telurnya dibuahi secara eksternal. Musim perkembangbiakan lele secara massal terjadi diawal musim hujan. Dibeberapa kasus masih membiak sepanjang musim hujan. Ikan lele memijah didorong oleh faktor kelimpahan air dan kualitas air, dimana pada musim hujan air cukup banyak dan kualitasnya lebih baik. Lele juga memijah ketika ada rangasangan berupa bau tanah. Tanah yang terjemur kemudian terendam air akan mengeluarkan bau khas yang merangsang ikan memijah. Kondisi ini biasanya terjadi saat hujan tiba.
Di Indonesia, setidaknya terdapat dua spesies ikan lele yang biasa dibudidayakan masyarakat. Yaitu spesies Clarias Batrachus dan Clarias Gariepinus. Dari dua spesies ini, ada beberapa ikan lele yang dikategorikan unggul yaitu lele dumbo, lele sangkuriang dan lele phyton. Setiap jenis ikan lele tersebut memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Berikut penjelasan dari jenis-jenis ikan lele budidaya di Indonesia.

1. Ikan lele lokal

Jenis-jenis ikan lele budidaya
Ikan lele lokal. [foto: wikipedia]
Ikan lele lokal memiliki nama latin Clarias Batrachus, merupakan jenis ikan lele yang dikenal luas di masyarakat. Sebelum lele dumbo diperkenalkan di Indonesia, para peternak biasa membudidayakan ikan lele jenis ini. Namun saat ini sangat jarang peternak yang membudidayakan jenis lele lokal karena dipandang kurang menguntungkan. Lele lokal memiliki Food Convertion Ratio (FCR) yang tinggi, artinya rasio pakan yang diberikan terhadap berat daging yang dihasilkan tinggi. Perlu lebih dari satu kilogram pakan untuk menghasilkan satu kilogram daging dalam satu siklus budidaya. Selain itu, pertumbuhan lele lokal terbilang sangat lambat. Lele lokal yang berumur satu tahun masih kalah besar dengan lele dumbo berumur 2 bulan! Terdapat tiga jenis lele lokal yang ada di Indonesia, yaitu lele hitam, lele putih atau belang putih dan lele merah. Diantara ketiga jenis lele itu, lele hitam paling banyak dibudidayakan untuk konsumsi. Sedangkan lele putih dan merah lebih banyak dibudidayakan sebagai ikan hias. Lele lokal memiliki patil yang tajam dan berbisa, terutama pada lele muda. Apabila menyengat, racun yang terdapat pada patil bisa membunuh mangsanya dan bagi manusia bisa membuat bengkak dan demam.

2. Ikan lele dumbo

Jenis-jenis ikan lele budidaya
Ikan lele dumbo. [foto: wikipedia]
Ikan lele dumbo pertama kali didatangkan ke Indonesia dari Taiwan pada tahun 1985. Ikan ini menjadi favorit dikalangan peternak karena pertumbuhannya yang cepat dan badannya yang bongsor dibandingkan dengan lele lokal. Sebagai perbandingan, lele dumbo berumur 2 bulan besar badannya bisa dua kali lipat dibanding lele lokal berumur satu tahun.
Menurut keterangan eksportirnya, lele dumbo merupakan hasil perkawinan antara Ikan lele asal Taiwan Clarias Fuscus dengan ikan lele asal Afrika Clarias Mosambicus. Namun keterangan lain menyebutkan lele dumbo lebih mirip dengan Clarius Gariepinus yang hidup di perairan Kenya, Afrika. Banyak literatur yang menggolongkan lele dumbo kedalam jenis yang kedua, termasuk artikel ini. Untuk pastinya, perlu penelaahan lebih lanjut dalam mengungkap asal-usul lele dumbo.
Dari sisi fisik, ikan lele dumbo bisa dibedakan dengan lele lokal dari warnanya yang hitam kehijauan. Lele dumbo juga akan bereaksi ketika terkejut atau stres, kulitnya berubah menjadi bercak-bercak hitam atau putih dan kemudian akan berangsur-angsur kembali ke warna awal. Lele dumbo memiliki patil seperti lele lokal, namun patilnya tidak mengeluarkan racun. Lele dumbo juga cocok dipelihara di kolam tanah karena tidak mempunyai kebiasaan membuat lubang. Secara umum, lele dumbo bisa tumbuh lebih cepat, lebih besar dan lebih tahan terhadap penyakit dibanding lele lokal. Namun dari sisi rasa, daging lele dumbo lebih lebih lembek. Sebagian orang menganggap daging ikan lele lokal lebih enak rasanya dibanding lele dumbo.

3. Ikan lele sangkuriang

Asal-usul ikan lele sangkuriang
Ikan lele sangkuriang. [foto: keboen-ikan.com]
Ikan lele sangkuriang resmi dilepas oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2004. Penelitian ikan lele sangkuriang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPAT) Sukabumi sejak tahun 2002. Penelitian ini berawal dari kekhawatiran para peternak dengan menurunnya kualitas lele dumbo yang beredar di masyarakat. Penurunan disebabkan oleh kesalahan dalam menghasilkan benih dan penyilangan yang terjadi secara terus menerus. Hingga akhirnya diupayakan untuk mengembalikan sifat-sifat unggulnya dengan cara persilangan balik (back cross). Ikan lele sangkuriang dihasilkan dari indukan betina lele dumbo generasi ke-2 atau F2 dan lele dumbo jantan F6. Induk betina merupakan koleksi BBPAT, keturunan F2 dari lele dumbo yang pertama kali didatangkan pada tahun 1985. Sedangkan indukan jantan merupakan keturunan F6 dari keturunan induk betina F2 itu. Penamaan Sangkuriang diambil dari cerita rakyat Jawa Barat tentang seorang anak yang bernama Sangkuriang yang mengawini ibunya sendiri. Sama seperti yang dilakukan BBPAT yang mengawinkan lele jantan F6 dengan induknya sendiri lele betina F2.
Dari hasil perkawinan ini ternyata didapatkan sifat-sifat unggul seperti kemampuan bertelur hingga 40.000-60.000 butir per sekali pemijahan. Jauh berbeda dengan kemampuan bertelur ikan lele lokal yang berkisar 1.000-4.000 butir. Lele Sangkuriang juga lebih tahan terhadap penyakit, dapat dipelihara di air minim, dan kualitas daging yang lebih baik.
Hanya saja kelemahannya, peternak tidak bisa membenihkan lele Sangkuriang dari induk lele Sangkuriang. Apabila ikan lele Sangkuriang dibenihkan lagi, kualitasnya akan turun. Jadi pembenihan lele Sangkuriang harus dilakukan dengan persilangan balik.
Saat ini BBPAT sedang menggodok varian baru lele Sangkuriang, yaitu ikan lele Sangkuriang II. Jenis ini merupakan perbaikan dari Sangkuriang I. Ikan lele ini persilangan antara indukan jantan F6 Sangkuriang I dengan indukan betina F2 lele dari Afrika. Indukan lele Afrika dipilih karena ukurannya yang besar, bisa sampai 7 kilogram. Hal ini dipandang bisa memperbaiki sifat genetis lele Sangkuriang. Berdasarkan pemulianya, yaitu BBPAT, ikan lele Sangkuriang II pertumbuhannya lebih besar 10 persen ketimbang Sangkuriang dan bobotnya pun lebih bongsor.
Ikan lele sangkuriang II belum dilepas secara bebas. Pihak BBPAT masih melakukan uji multilokasi di daerah Bogor (Jawa Barat), Gunung Kidul (Yogyakarta), Kepanjen (Jawa Timur) dan  Boyolali (Jawa Tengah). Daerah tersebut memang dikenal sebagai sentra-sentra produksi lele nasional.

5. Ikan lele phyton

Jenis-jenis ikan lele budidaya
Ikan lele phyton. [foto: keboen-ikan.com]
Berbeda dengan varietas unggul lainnya yang biasanya ditemukan oleh para peneliti, ikan lele phyton ditemukan oleh para peternak ikan lele di Kabupaten Pandeglang, Banten, pada tahun 2004. Ikan lele phyton merupakan hasil dari silangan induk lele eks Thailand F2 dengan induk lele lokal. Sayangnya tidak diketahui apa spesies dari indukannya dan dari generasi keberapa indukan ikan lele lokalnya berasal. Menurut para penemunya, indukan didapat dari ikan lele lokal yang banyak dibudidayakan masyarakat setempat secara turun temurun. Tapi berdasarkan beberapa literatur, lele phyton berasal dari induk betina lele eks Thailand F2 dengan induk jantan lele dumbo F6. Ikan lele phyton mempunyai ketahanan terhadap cuaca dingin, tingkat kelangsungan hidup (survival rate) lebih dari 90%. Sementara itu, FCR mencapai 1, artinya satu kilogram pakan menjadi satu kilogram daging dihitung mulai benih ditebar sampai panen dengan siklus pemeliharaan selama 50 hari.

C. Penerapan CBIB yang sesuai SNI



1.      Anjuran SNI dan menerapkan CBIB
a.      Anjuran SNI.
Dalam menerapkan cara berbudidaya ikan yang baik, kulitas air factor penentu untuk menjamin mutu dan keamanan pangan ikan produksi. Menjamin mutu dan keamanan pangan adalah tujuan dari CBIB, maka Pokdakan yang menerima manfaat pengembangan demfarm supaya melaksanakan anjuran SNI.
Anjuran SNI dan penerapan CBIB, ini sudah ada di pembudidaya itu sendiri, hanya saja belum terkontrol.
Untukanjuran SNI yaitu :
1.      Lingkungan kolam harus bersih.
2.      Sanitasi kolam bersih
3.      Adanya kolam filter untuk penyaringan air ( antisifasi pencemaran).
4.      Sistim pasok air kolam mengunakan system seri.
5.      Pintu pengering kolam menggunakan moniv“ U ”
6.      Adanya kamaril
7.      Terjaganya kualitas air ( untuk ikan nila ) meliputi:
-          karakteristikfisik, 10 X 20 m / petak.
-          Suhu =  250 – 300 C
-          debit air, 3 - 5    liter/ detik
-          kecerahan air30 – 40 Cm, tembus sinar matahari
-          keasaman(Ph) 6,5 – 8,5 ppm
-          Oksigen terlarut (DO) 5 mg/liter lebih
-          Karbondioksida ( CO2 ) kurang 12 mg/liter
-          Amoniak (NH3-N) kurang dari 1 mg/liter
-          Nitrit kurang dari 0,06 mg/liter (Zat makanan dalam air)
-          Karakteristik biologi air meliputi plankton dan bentos.
( sumber data : brosur pengelolaan kualitas air Dirjen perikanan budidaya 2014)

Disamping kualitas air tersebut diatas pembudidaya juga mempedomani Safta Usaha Budidaya yang juga termasuk SNI yaitu :
1.      Pengolahan tanah/lahan
2.      Pemupukan
3.      Pengapuran (CaO3 ).
4.      Pengendalian hama penyakit
5.      Bibit unggul/ baik
6.      Penanganan pasca panen
7.      Pemasan.

b.      Menerapkan CBIB.
Cara berbudidaya ikan yang baik telah di laksanakan oleh pembudidaya. Namun belum mengetahui hal-hal yang perlu di antisipasi dan dihindarkan serta tidak boleh dilakukan oleh pokdakan atau pembudidaya karena berpengaruh terhadap mutu dan keamanan pangan.
Hal-hal yang di antisipasi dan dihindari serta tidak diperboleh dalam menerapkan CBIB yaitu :
1.      Air kolam tidak tercemar dari limbah logam
2.      Air kolam tidak tercemar limbah kayu
3.      Air kolam tidak tercemar dari limbah rambut
4.      Air kolam tidak tercemar dari limbah rumah tangga termasuk air sabun cuci dan sabun mandi
5.      Air kolam tidak tercemar baik langsung maupun tidak langsung dari kotoran hewan ternak termasuk unggas dan kotoran manusia.
6.      Air kolam tidak tercemar dari obat-obatan, racun, dan lain-lain

D. Kelebihan Cara Budidaya Ikan Lele Menggunakan Kolam Terpal

Pembuatan kolam terpal dapat dilakukan di pekarangan ataupun di halaman rumah. lahan yang digunakan berupa lahan yang belum dimanfaatkan atau lahan yang telah dimanfaatkan, tetapi Lebih Produktif. keuntungan dari kolam terpal adalah terhindar dari hewan pemangsa ikan, hewan piaraan, ikan terlihat lebih cerah, dan ular sawah.

Dilengkapi pengatur volume air yang bermanfaat untuk pemanenan dan dapat mempermudah penyesuaian ketinggian air sesuai usia ikan. dapat dijadikan peluang usaha skala kecil dan besar, Lele yang dihasilkan lebih berkualitas, lele terlihat tampak bersih, dan seragam. Lahan yang digunakan regular tidak berubah karena bukan kolam galian.
  • Menghindari dimangsa hama seperti ikan dan ular bidang liar.
  • Dilengkapi dengan volume air yang berguna untuk memfasilitasi perubahan air dan tanaman dan untuk memfasilitasi penyesuaian ketinggian air sesuai dengan usia ikan. 
  • Dapat digunakan sebagai peluang usaha kecil dan besar, 
  • Menghasilkan kualitas lele yang lebih tinggi, terlihat lele tampak bersih, dan seragam.
  • Penggunaan lahan tidak berubah karena tidak penggalian kolam renang atau kolam semen. 
  • Cara Awal Pengisian Air dan Bibit
    1. Konstruksi kolam
    Tahap utama dalam budidaya ikan lele adalah wadah budidaya baik kolam tanah maupun kolam terpal dan kali ini adalah cara budidaya ikan lele di kolam terpal. Bagian dalam kolam terpal dicuci dengan sabun untuk menghilangkan bau lem atau bahan kimia yang dapat membunuh benih ikan. Setelah itu, bagian dalam terpal dibilas bersih dan dikeringkan selama satu hari, kolam diisi dengan air hingga 20 cm.

    Setelah kolam sudah terisi air diamkan selama kurang lebih satu minggu untuk proses pembentukan lumut dan untuk pertumbuhan fito plankton.

    Kemudian tambahkan air lagi hingga mencapai 80 cm setelah ikan berangsung dewasa. Air yang telah ditinggalkan selama seminggu penuh dan diberikan daun-daun seperti daun singkong, atau pepaya. Tujuannya agar air berwarna hijau. air hijau untuk mencegah bau yang disebabkan karena penguapan air kolam dan harus dilakukan 25% penambahan dan penggantian air. 
    2. Pemilihan Benih Unggul

    Benih unggul dapat kita lihat dengan cara memperhatikan Ciri-ciri Sebagai Berikut :
    • Benih Terlihat aktif Melakukan oksigenasi;
    • Gesit, Agresif Dan cerah;
    • Ukuran Terlihat Sama Rata;
    • Warna Sedikit Lebih Terang;
    3. Penebaran Benih
    Siapkan benih 1000 lele dumbo/sangkuriang ukuran 1,5-2 inci". Untuk ukuran kolam 2m x 1m x 1m. jika budidaya yang di lakukan dalam kuota yang besar maka penebaran benih kita akumulasikan dengan perbandingan sesuai ketentuan diatas. Bibit yang baru dibeli jangan segera dimasukkan ke dalam wadah atau kolam untuk budidaya, tapi harus melalui tahap peredaman yang dapat menyesuaikan benih ikan dengan air di kolam habitat untuk ikan di budidaya.

    Langkah-langkah sebagai berikut :
    • Siapkan Bak / Ember;
    • Masukan air kolam yang akan di jadikan budidaya ikan kedalam ember/bak;
    • Masukan Benih Lele yang akan Di tebar;
    • Diamkan Selama Kurang lebih selama 30 Menit (tujuan agar benih ikan melakukan penyesuain dengan air kolam bakal budidaya) dan untuk menghilang stres ikan setelah di pindahkan dari habitat penangkaran dan akan masuk kehabitat baru.;
    • Setelah 30 menit benih dapat di tebar ke dalam kolam baik kolam tanah maupun kolam terpal.
    Penebaran benih baik lakukan pada pagi atau malam hari karena di waktu pagi atau malam hari kondisi air relatip stabil.

    Setelah lele berumur lebih dari 20 hari, lele perlu disortir dengan menggunakan bak penyortir berukuran 9 -12 cm. 
    Alasannya dilakukan sortir karena, ikan lele yang lebih kecil akan sulit untuk mendapatkan makanan karena kalah cepat dengan yang lebih besar dan dapat memperlambat laju pertumbuhan ikan sebagian. Oleh karena itu, sejak awal kita harus menyiapkan dua kolam ukuran yang sama dengan tujuan untuk memisahkan ikan yang sudah di lakukan sortir.

    Apabila tidak mempunyai lokasi yang cukup luas kita dapat menyiapkan kolam untuk ikan hasil sortir lebih kecil dari kolam budidaya. karena hanya ikan yang kecil saja yang di pindahkan ke kolam hasil sortir (kolam kecil untuk ikan yang kecil) dan kolam yang besar kita gunakan untuk ikan yang besar.
    4. Pengaturan Kualitas air 
    Air kolam akan berkurang karena proses penguapan maka perlu tambahkan air sampai tingkat air kembali ke posisi normal. Pada tingkat air 20 cm (bulan pertama), 40 cm (bulan kedua), dan 80 cm (bulan ketiga). 
    Warna air yang terbaik bagi ikan lele berwarna hijau menunjukkan bahwa kualitas air yang baik untuk ikan lele. Lele tidak suka air jernih.

    Dan air akan berubah merah ketikan ikan sudah dewasa untuk siap panen.
    5. Kedalaman air 
    Kolam jangan terlalu dangkal karena penguapan akan membuat ikan menjadi terlalu panas. Tentunya ini akan membuat ikan menjadi kelelahan dan mati. Solusinya adalah dengan menambahkan air telah surut kembali ke posisi yang telah ditentukan. 
    Selain itu perlu untuk menambahkan tanaman air seperti kangkung, daun talas / talas, dan eceng gondok. Fungsi sebagai tanaman peneduh, selain itu juga dapat menyerap racun yang terkandung dalam air kolam. tingkat air kolam 20 cm (bulan pertama), 40 cm (bulan kedua), dan 80 cm (bulan ketiga). 
    6. Tingkat Kejernihan Air 
    Pada dasarnya lele tidak suka air jernih. Hal ini dapat dilihat dari sifat dan bentuk tubuhnya. pakan alam lele di malam hari menyebabkan lele tidak perlu penglihatan yang baik. Hal ini juga didukung dari bentuk tubuh memiliki kumis di sekitar mulut. Fungsi ini berguna untuk meraba makanan. 
    Selain itu, sistem pernapasan ikan lele menggunakan labirin, yang berarti bernapas lele tidak bergantung pada oksigen terlarut dalam air. Dengan demikian, kondisi oksigen minimal lele dapat bertahan hidup air berlumpur tersebut. 
    Meskipun ikan lele tidak suka air jernih, kita tidak bisa memasukan sembarangan air ke dalam kolam. 
    Bisa jadi kita memasukan air yang mengandung bakteri dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit. sebagai penangkalnya yaitu dengan memberikan daun seperti yang disebutkan di atas sehingga air berwarna hijau.

    7. Pakan
    Pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pukul 07:00 pagi, 17:00 dan 22:00. Makanan tidak selalu harus 3 kali sehari, bisa jadi 4 kali, tergantung pada kebutuhan ikan akan makan. 
    Dalam proses pakan budidaya ikan diberikan dengan menggunakan jenis sentrat ikan 781-1 karena di dalamnya mengandung nutrisi yang di butuhkan ikan protein minimal 35%, lemak 10-16%, karbohidrat 15-25%, vitamin dan mineral. .
    Pemberian pakan tidak boleh terlalu berlebihan karena akan menimbulkan berbagai macam jenis penyakit akibat pakan yang mengendap yang tidak termakan oleh ikan. akan menyebabkan amonia beracun. 

    Tips : Pakan Alami Juga Bisa Di Berikan Seprti Kroto Semut Rangrang pakan ini akan lebih efektif dan efisien.
    8. Pengendalian Hama dan Penyakit 
    Hama dan penyakit tidak bisa dianggap remeh karena sangat mempengaruhi baik volume produksi. maupun tingkat keberhasilan dalam budidaya ikan. Hama biasanya binatang yang berang-berang, burung pemakan ikan, kucing, dll Adapun penyakit seperti virus dan bakteri. 
    Pencegahan adalah dengan menggunakan semacam penghalang sehingga tidak ada hewan liar yang masuk ke kolam dan makan benih lele. Untuk penyakit dapat diberikan obat-obatan yang banyak tersedia di toko perikanan, tergantung pada jenis penyakit yang menjangkit ikan lele. 
    9. Panen 
    Setelah Kurang lebih selama 90 hari, ikan akan dipanen. Pemanenan dilakukan dengan menyortir dengan memilih ikan yang layak untuk dikonsumsi (dijual) ukuran biasanya 4 sampai 7 ekor per kg atau sesuai dengan keinginan pembeli, maka ukuran yang lebih kecil dipelihara kembali.

    10. Selamat Mencoba !
Apabila ada pertanyaan silahkan kirimkan pertanyaan anda ke email paulan_dkp2010@yahoo.co.id insyaalah saya jawab.