A. Sejarah Lele di Tanah Air
Pada tahun 1980— 1982 atau periode awal lele mulai didomestikasi di
tanah air, peternak membudidayakan lele dalam kolam- kolam tanah. Teknik
pemijahan pun masih secara tradisional. Para peternak memelihara induk
lele jantan dan betina dalam 1 kolam. Biasanya, para peternak membuat
kolam pemijahan di tepi sungai. Mereka juga menyediakan gentong-gentong
di bagian tepi kolam sebagai tempat lele memijah. Anakan lele yang
menetas dalam gentong itu kemudian dipelihara di kolam terpisah.
Pada periode 1982— 1984, sistem pemijahan dengan memasangkan induk lele
jantan dan betina mulai dikenal. Caranya, peternak memilih pasangan-
pasangan induk lele, kemudian tiap pasang indukan dipelihara di kolam
ukuran 50 cm x 150 cm. Setelah memijah, benih lele dipelihara di kolam
semen atau tanah. Sejak tahun 1980 hingga sekarang, usaha lele pun tak
pernah sepi peminat bahkan berkembang kian pesat. dibudidayakan dengan
modal usaha kecil. Selain itu, lele dapat dibudidayakan di lahan minim
air dengan padat tebar tinggi. Akibat diperkenalkannya kolam terpal,
lele dapat dibudidayakan di hampir semua tempat mulai di teras rumah,
daerah bekas tambang, hingga di pesisir pantai.
Siapa tak kenal lele? Di tanah air, lele merupakan salah satu jenis ikan
paling banyak dikonsumsi. Salah satu menu terpopuler di kalangan
masyarakat adalah pecel lele yang banyak dijajakan di warung tenda
pinggir jalan. Namun, di Eropa Tengah, catfish–sebutan lele dalam Bahasa
Inggris–adalah menu mewah. Lele hanya disajikan saat ada pesta atau
perayaan tertentu.
Kebiasaan itu bahkan dilestarikan sampai ke tanah jajahan Bangsa Eropa,
yaitu Amerika. Di Negeri Paman Sam khususnya Amerika Serikat bagian
Selatan, catfish menjadi menu yang sangat populer. Namun, catfish yang
dikenal masyarakat Eropa dan Amerika itu berbeda dengan lele yang biasa
kita santap. Mereka mengenal channel catfish yang memiliki nama ilmiah
Ictalurus punctatus serta I. furcatus yang dikenal sebagai blue catfish.
Sementara masyarakat Indonesia akrab dengan lele spesies Clarias spp.
Sebutan catfish yang biasa diartikan lele dalam Bahasa Indonesia, bukan
merujuk pada satu spesies, melainkan pada beragam jenis ikan ordo
Siluriformes. Ciri khasnya, pada bagian moncong terdapat indra peraba
menyerupai kumis yang disebut barbell atau oleh masyarakat Jawa dikenal
sebagai "sungut". Karena adanya kumis yang menyerupai kumis kucing
itulah lele mendapat julukan catfish.
Jenis lele sangat beragam mulai dari lele raksasa Pangasianodon gigas
asal Sungai Mekong, Vietnam, yang mencapai panjang 3 m dan bobot 300 kg
hingga lele terkecil dari keluarga Aspredinidae dan Trichomycteridae
yang panjang tubuhnya hanya sekitar 1 cm saat dewasa. Masyarakat
Thailand Utara juga pernah menangkap lele mekong raksasa seberat 293 kg
pada Mei 2005. Bangsa lele hidup di perairan darat maupun pantai dan
tersebar luas di semua benua kecuali Antartika. Namun, daerah tropis di
Amerika Selatan, Afrika, serta Asia memiliki keragaman jenis lele
terbesar.
Di Indonesia, misalnya, terdapat setidaknya 6 jenis lele. Di antara
keenam jenis itu, C. batrachus yang paling banyak dibudidayakan
peternak. Jenis C. batrachus hidup di Asia Tenggara hingga India bagian
Timur, Sri Lanka, Birma, serta Bangladesh. Sementara jenis C. gariepinus
ditemukan di danau, rawa, dan sungai- sungai di Afrika serta Timur
Tengah. Sebagian besar jenis plamond—sebutan lele di Thailand—hidup di
air tawar terutama di perairan dangkal yang mengalir meski sebagian
dapat ditemukan di air asin.
Secara alami, lele merupakan hewan omnivora pemakan ikan, moluska,
cacing, bangsa udang, serta ganggang dan biasa mencari pakan di bagian
bawah air.
B. Jenis - Jenis Ikan Lele yang di Budidayakan
Ikan lele (
Clarias Sp.) banyak
tersebar di perairan Asia dan Afrika. Jenis ikan lele sangat banyak,
tidak semua ikan lele cocok untuk dibudidayakan dan dikonsumsi. Hanya
dari jenis-jenis tertentu saja yang bisa dibudidayakan untuk tujuan
konsumsi.
Jenis-jenis ikan lele yang dibudidayakan biasanya memiliki sifat
unggul seperti pertumbuhan cepat dan tahan terhadap penyakit. Selain
itu, ia harus bisa tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang mempunyai
kepadatan tinggi dan kondisi air minim.
Ikan lele banyak hidup di perairan air tawar hingga air payau.
Beberepa peternak lele di Pantura Jawa berhasil membudidayakan ikan lele
di tambak bekas bandeng dan udang. Pada dasarnya, ikan lele hidup
secara
nocturnal, aktif bergerak di malam hari. Di perairan
bebas lele berada di tempat-tempat air tergenang yang cenderung tenang
seperti rawa, danau dan daerah sungai yang agak terlindung. Biasanya
ikan ini memilih tempat-tempat yang teduh dan membuat lubang-lubang
ditanah.
Ikan lele termasuk pada jenis ikan karnivora atau pemakan daging. Di
alam ikan ini menyantap cacing, kutu, larva serangga dan siput air.
Pada keadaan tertentu ia bisa memangsa sesamanya alias kanibal.
Biasanya, ikan lele menjadi kanibal karena tak ada makanan lain dan
faktor perbedaan ukuran. Lele yang lebih besar akan memangsa kawanan
yang lebih kecil.
Ikan lele berkembang biak dengan telur, dan telurnya dibuahi secara
eksternal. Musim perkembangbiakan lele secara massal terjadi diawal
musim hujan. Dibeberapa kasus masih membiak sepanjang musim hujan. Ikan
lele memijah didorong oleh faktor kelimpahan air dan kualitas air,
dimana pada musim hujan air cukup banyak dan kualitasnya lebih baik.
Lele juga memijah ketika ada rangasangan berupa bau tanah. Tanah yang
terjemur kemudian terendam air akan mengeluarkan bau khas yang
merangsang ikan memijah. Kondisi ini biasanya terjadi saat hujan tiba.
Di Indonesia, setidaknya terdapat dua spesies ikan lele yang biasa dibudidayakan masyarakat. Yaitu spesies
Clarias Batrachus dan
Clarias Gariepinus.
Dari dua spesies ini, ada beberapa ikan lele yang dikategorikan unggul
yaitu lele dumbo, lele sangkuriang dan lele phyton. Setiap jenis ikan
lele tersebut memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing.
Berikut penjelasan dari jenis-jenis ikan lele budidaya di Indonesia.
1. Ikan lele lokal
Ikan lele lokal. [foto: wikipedia]
Ikan lele lokal memiliki nama latin
Clarias Batrachus,
merupakan jenis ikan lele yang dikenal luas di masyarakat. Sebelum lele
dumbo diperkenalkan di Indonesia, para peternak biasa membudidayakan
ikan lele jenis ini. Namun saat ini sangat jarang peternak yang
membudidayakan jenis lele lokal karena dipandang kurang menguntungkan.
Lele lokal memiliki
Food Convertion Ratio (FCR) yang tinggi,
artinya rasio pakan yang diberikan terhadap berat daging yang dihasilkan
tinggi. Perlu lebih dari satu kilogram pakan untuk menghasilkan satu
kilogram daging dalam satu siklus budidaya. Selain itu, pertumbuhan lele
lokal terbilang sangat lambat. Lele lokal yang berumur satu tahun masih
kalah besar dengan lele dumbo berumur 2 bulan!
Terdapat tiga jenis lele lokal yang ada di Indonesia, yaitu lele
hitam, lele putih atau belang putih dan lele merah. Diantara ketiga
jenis lele itu, lele hitam paling banyak dibudidayakan untuk konsumsi.
Sedangkan lele putih dan merah lebih banyak dibudidayakan sebagai ikan
hias. Lele lokal memiliki patil yang tajam dan berbisa, terutama pada
lele muda. Apabila menyengat, racun yang terdapat pada patil bisa
membunuh mangsanya dan bagi manusia bisa membuat bengkak dan demam.
2. Ikan lele dumbo
Ikan lele dumbo. [foto: wikipedia]
Ikan lele dumbo pertama kali didatangkan ke
Indonesia dari Taiwan pada tahun 1985. Ikan ini menjadi favorit
dikalangan peternak karena pertumbuhannya yang cepat dan badannya yang
bongsor dibandingkan dengan lele lokal. Sebagai perbandingan, lele dumbo
berumur 2 bulan besar badannya bisa dua kali lipat dibanding lele lokal
berumur satu tahun.
Menurut keterangan eksportirnya, lele dumbo merupakan hasil perkawinan antara Ikan lele asal Taiwan
Clarias Fuscus dengan ikan lele asal Afrika
Clarias Mosambicus. Namun keterangan lain menyebutkan lele dumbo lebih mirip dengan
Clarius Gariepinus
yang hidup di perairan Kenya, Afrika. Banyak literatur yang
menggolongkan lele dumbo kedalam jenis yang kedua, termasuk artikel ini.
Untuk pastinya, perlu penelaahan lebih lanjut dalam mengungkap
asal-usul lele dumbo.
Dari sisi fisik, ikan lele dumbo bisa dibedakan dengan lele lokal
dari warnanya yang hitam kehijauan. Lele dumbo juga akan bereaksi ketika
terkejut atau stres, kulitnya berubah menjadi bercak-bercak hitam atau
putih dan kemudian akan berangsur-angsur kembali ke warna awal. Lele
dumbo memiliki patil seperti lele lokal, namun patilnya tidak
mengeluarkan racun. Lele dumbo juga cocok dipelihara di kolam tanah
karena tidak mempunyai kebiasaan membuat lubang. Secara umum, lele dumbo
bisa tumbuh lebih cepat, lebih besar dan lebih tahan terhadap penyakit
dibanding lele lokal. Namun dari sisi rasa, daging lele dumbo lebih
lebih lembek. Sebagian orang menganggap daging ikan lele lokal lebih
enak rasanya dibanding lele dumbo.
3. Ikan lele sangkuriang
Ikan lele sangkuriang. [foto: keboen-ikan.com]
Ikan
lele sangkuriang resmi dilepas oleh Departemen Kelautan dan Perikanan
pada tahun 2004. Penelitian ikan lele sangkuriang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPAT)
Sukabumi sejak tahun 2002. Penelitian ini berawal dari kekhawatiran
para peternak dengan menurunnya kualitas lele dumbo yang beredar di
masyarakat. Penurunan disebabkan oleh kesalahan dalam menghasilkan benih
dan penyilangan yang terjadi secara terus menerus. Hingga akhirnya
diupayakan untuk mengembalikan sifat-sifat unggulnya dengan cara
persilangan balik (
back cross).
Ikan lele sangkuriang dihasilkan dari indukan betina lele dumbo
generasi ke-2 atau F2 dan lele dumbo jantan F6. Induk betina merupakan
koleksi BBPAT, keturunan F2 dari lele dumbo yang pertama kali
didatangkan pada tahun 1985. Sedangkan indukan jantan merupakan
keturunan F6 dari keturunan induk betina F2 itu. Penamaan Sangkuriang
diambil dari cerita rakyat Jawa Barat tentang seorang anak yang bernama
Sangkuriang yang mengawini ibunya sendiri. Sama seperti yang dilakukan
BBPAT yang mengawinkan lele jantan F6 dengan induknya sendiri lele
betina F2.
Dari hasil perkawinan ini ternyata didapatkan sifat-sifat unggul
seperti kemampuan bertelur hingga 40.000-60.000 butir per sekali
pemijahan. Jauh berbeda dengan kemampuan bertelur ikan lele lokal yang
berkisar 1.000-4.000 butir. Lele Sangkuriang juga lebih tahan terhadap
penyakit, dapat dipelihara di air minim, dan kualitas daging yang lebih
baik.
Hanya saja kelemahannya, peternak tidak bisa membenihkan lele
Sangkuriang dari induk lele Sangkuriang. Apabila ikan lele Sangkuriang
dibenihkan lagi, kualitasnya akan turun. Jadi pembenihan lele
Sangkuriang harus dilakukan dengan persilangan balik.
Saat ini BBPAT sedang menggodok varian baru lele Sangkuriang, yaitu
ikan lele Sangkuriang II. Jenis ini merupakan perbaikan dari Sangkuriang
I. Ikan lele ini persilangan antara indukan jantan F6 Sangkuriang I
dengan indukan betina F2 lele dari Afrika. Indukan lele Afrika dipilih
karena ukurannya yang besar, bisa sampai 7 kilogram. Hal ini dipandang
bisa memperbaiki sifat genetis lele Sangkuriang. Berdasarkan pemulianya,
yaitu BBPAT, ikan lele Sangkuriang II pertumbuhannya lebih besar 10
persen ketimbang Sangkuriang dan bobotnya pun lebih bongsor.
Ikan lele sangkuriang II belum dilepas secara bebas. Pihak BBPAT
masih melakukan uji multilokasi di daerah Bogor (Jawa Barat), Gunung
Kidul (Yogyakarta), Kepanjen (Jawa Timur) dan Boyolali (Jawa Tengah).
Daerah tersebut memang dikenal sebagai sentra-sentra produksi lele
nasional.
5. Ikan lele phyton
Ikan lele phyton. [foto: keboen-ikan.com]
Berbeda
dengan varietas unggul lainnya yang biasanya ditemukan oleh para
peneliti, ikan lele phyton ditemukan oleh para peternak ikan lele di
Kabupaten Pandeglang, Banten, pada tahun 2004. Ikan lele phyton
merupakan hasil dari silangan induk lele eks Thailand F2 dengan induk
lele lokal. Sayangnya tidak diketahui apa spesies dari indukannya dan
dari generasi keberapa indukan ikan lele lokalnya berasal. Menurut para
penemunya, indukan didapat dari ikan lele lokal yang banyak
dibudidayakan masyarakat setempat secara turun temurun. Tapi berdasarkan
beberapa literatur, lele phyton berasal dari induk betina lele eks
Thailand F2 dengan induk jantan lele dumbo F6.
Ikan lele phyton mempunyai ketahanan terhadap cuaca dingin, tingkat kelangsungan hidup (
survival rate)
lebih dari 90%. Sementara itu, FCR mencapai 1, artinya satu kilogram
pakan menjadi satu kilogram daging dihitung mulai benih ditebar sampai
panen dengan siklus pemeliharaan selama 50 hari.
C. Penerapan CBIB yang sesuai SNI
1.
Anjuran SNI dan menerapkan
CBIB
a.
Anjuran SNI.
Dalam menerapkan cara berbudidaya ikan yang baik, kulitas
air factor penentu untuk menjamin mutu dan keamanan pangan ikan produksi. Menjamin mutu dan keamanan pangan adalah tujuan dari CBIB, maka Pokdakan yang menerima manfaat pengembangan demfarm supaya melaksanakan anjuran SNI.
Anjuran SNI dan penerapan CBIB, ini sudah ada di pembudidaya itu sendiri, hanya saja belum terkontrol.
Untukanjuran SNI yaitu :
1. Lingkungan kolam harus bersih.
2. Sanitasi kolam bersih
3. Adanya kolam filter untuk penyaringan air (
antisifasi pencemaran).
4. Sistim pasok air kolam mengunakan system seri.
5. Pintu pengering kolam menggunakan moniv“ U ”
6. Adanya kamaril
7. Terjaganya kualitas air ( untuk ikan nila ) meliputi:
-
karakteristikfisik, 10 X 20 m / petak.
-
Suhu = 250 –
300 C
-
debit air, 3 - 5
liter/ detik
-
kecerahan air30 – 40 Cm, tembus sinar matahari
-
keasaman(Ph) 6,5 – 8,5 ppm
-
Oksigen terlarut (DO) 5 mg/liter lebih
-
Karbondioksida ( CO2 ) kurang 12 mg/liter
-
Amoniak (NH3-N) kurang dari 1 mg/liter
-
Nitrit kurang dari 0,06 mg/liter (Zat makanan dalam air)
-
Karakteristik biologi air meliputi plankton dan bentos.
( sumber data : brosur pengelolaan kualitas air Dirjen perikanan budidaya 2014)
Disamping kualitas air tersebut diatas pembudidaya juga mempedomani Safta Usaha Budidaya yang juga termasuk SNI yaitu :
1. Pengolahan tanah/lahan
2. Pemupukan
3. Pengapuran (CaO3
).
4. Pengendalian hama penyakit
5. Bibit unggul/ baik
6. Penanganan pasca panen
7. Pemasan.
b.
Menerapkan CBIB.
Cara berbudidaya ikan yang baik telah di laksanakan oleh pembudidaya. Namun belum mengetahui hal-hal yang perlu di
antisipasi dan dihindarkan serta tidak boleh dilakukan oleh pokdakan atau pembudidaya karena berpengaruh terhadap mutu dan keamanan pangan.
Hal-hal yang di antisipasi dan dihindari serta tidak diperboleh dalam menerapkan CBIB yaitu :
1. Air kolam tidak tercemar dari limbah logam
2. Air kolam tidak tercemar limbah kayu
3. Air kolam tidak tercemar dari limbah rambut
4. Air kolam tidak tercemar dari limbah rumah tangga termasuk air sabun cuci dan sabun mandi
5. Air kolam tidak tercemar baik langsung maupun tidak langsung dari kotoran hewan ternak termasuk unggas dan kotoran manusia.
6. Air kolam tidak tercemar dari obat-obatan, racun, dan
lain-lain
D. Kelebihan Cara Budidaya Ikan Lele Menggunakan Kolam Terpal
Pembuatan kolam terpal dapat dilakukan di pekarangan ataupun di halaman
rumah. lahan yang digunakan berupa lahan yang belum dimanfaatkan atau
lahan yang telah dimanfaatkan, tetapi Lebih Produktif. keuntungan dari
kolam terpal adalah terhindar dari hewan pemangsa ikan, hewan piaraan,
ikan terlihat lebih cerah, dan ular sawah.
Dilengkapi pengatur volume air yang bermanfaat untuk pemanenan dan dapat
mempermudah penyesuaian ketinggian air sesuai usia ikan. dapat
dijadikan peluang usaha skala kecil dan besar, Lele yang dihasilkan
lebih berkualitas, lele terlihat tampak bersih, dan seragam. Lahan yang
digunakan regular tidak berubah karena bukan kolam galian.
- Menghindari dimangsa hama seperti ikan dan ular bidang liar.
- Dilengkapi dengan volume air yang berguna untuk memfasilitasi
perubahan air dan tanaman dan untuk memfasilitasi penyesuaian ketinggian
air sesuai dengan usia ikan.
- Dapat digunakan sebagai peluang usaha kecil dan besar,
- Menghasilkan kualitas lele yang lebih tinggi, terlihat lele tampak bersih, dan seragam.
- Penggunaan lahan tidak berubah karena tidak penggalian kolam renang atau kolam semen.
Cara Awal Pengisian Air dan Bibit
1. Konstruksi kolam
Tahap utama dalam budidaya ikan lele adalah wadah budidaya baik kolam
tanah maupun kolam terpal dan kali ini adalah cara budidaya ikan lele di
kolam terpal. Bagian dalam kolam terpal dicuci dengan sabun untuk
menghilangkan bau lem atau bahan kimia yang dapat membunuh benih ikan.
Setelah itu, bagian dalam terpal dibilas bersih dan dikeringkan selama
satu hari, kolam diisi dengan air hingga 20 cm.
Setelah kolam sudah terisi air diamkan selama kurang lebih satu minggu
untuk proses pembentukan lumut dan untuk pertumbuhan fito plankton.
Kemudian tambahkan air lagi hingga mencapai 80 cm setelah ikan
berangsung dewasa. Air yang telah ditinggalkan selama seminggu penuh dan
diberikan daun-daun seperti daun singkong, atau pepaya. Tujuannya agar
air berwarna hijau. air hijau untuk mencegah bau yang disebabkan karena
penguapan air kolam dan harus dilakukan 25% penambahan dan penggantian
air.
2. Pemilihan Benih Unggul
Benih unggul dapat kita lihat dengan cara memperhatikan Ciri-ciri Sebagai Berikut :
- Benih Terlihat aktif Melakukan oksigenasi;
- Gesit, Agresif Dan cerah;
- Ukuran Terlihat Sama Rata;
- Warna Sedikit Lebih Terang;
3. Penebaran Benih
Siapkan benih 1000 lele dumbo/sangkuriang ukuran 1,5-2 inci". Untuk
ukuran kolam 2m x 1m x 1m. jika budidaya yang di lakukan dalam kuota
yang besar maka penebaran benih kita akumulasikan dengan perbandingan
sesuai ketentuan diatas. Bibit yang baru dibeli jangan segera dimasukkan
ke dalam wadah atau kolam untuk budidaya, tapi harus melalui tahap
peredaman yang dapat menyesuaikan benih ikan dengan air di kolam habitat
untuk ikan di budidaya.
Langkah-langkah sebagai berikut :
- Siapkan Bak / Ember;
- Masukan air kolam yang akan di jadikan budidaya ikan kedalam ember/bak;
- Masukan Benih Lele yang akan Di tebar;
- Diamkan Selama Kurang lebih selama 30 Menit (tujuan agar benih ikan
melakukan penyesuain dengan air kolam bakal budidaya) dan untuk
menghilang stres ikan setelah di pindahkan dari habitat penangkaran dan
akan masuk kehabitat baru.;
- Setelah 30 menit benih dapat di tebar ke dalam kolam baik kolam tanah maupun kolam terpal.
Penebaran benih baik lakukan pada pagi atau malam hari karena di waktu pagi atau malam hari kondisi air relatip stabil.
Setelah lele berumur lebih dari 20 hari, lele perlu disortir dengan menggunakan bak penyortir berukuran 9 -12 cm.
Alasannya dilakukan sortir karena, ikan lele yang lebih kecil akan sulit
untuk mendapatkan makanan karena kalah cepat dengan yang lebih besar
dan dapat memperlambat laju pertumbuhan ikan sebagian. Oleh karena itu,
sejak awal kita harus menyiapkan dua kolam ukuran yang sama dengan
tujuan untuk memisahkan ikan yang sudah di lakukan sortir.
Apabila tidak mempunyai lokasi yang cukup luas kita dapat menyiapkan
kolam untuk ikan hasil sortir lebih kecil dari kolam budidaya. karena
hanya ikan yang kecil saja yang di pindahkan ke kolam hasil sortir
(kolam kecil untuk ikan yang kecil) dan kolam yang besar kita gunakan
untuk ikan yang besar.
4. Pengaturan Kualitas air
Air kolam akan berkurang karena proses penguapan maka perlu tambahkan
air sampai tingkat air kembali ke posisi normal. Pada tingkat air 20 cm
(bulan pertama), 40 cm (bulan kedua), dan 80 cm (bulan ketiga).
Warna air yang terbaik bagi ikan lele berwarna hijau menunjukkan bahwa
kualitas air yang baik untuk ikan lele. Lele tidak suka air jernih.
Dan air akan berubah merah ketikan ikan sudah dewasa untuk siap panen.
5. Kedalaman air
Kolam jangan terlalu dangkal karena penguapan akan membuat ikan menjadi
terlalu panas. Tentunya ini akan membuat ikan menjadi kelelahan dan
mati. Solusinya adalah dengan menambahkan air telah surut kembali ke
posisi yang telah ditentukan.
Selain itu perlu untuk menambahkan tanaman air seperti kangkung, daun
talas / talas, dan eceng gondok. Fungsi sebagai tanaman peneduh, selain
itu juga dapat menyerap racun yang terkandung dalam air kolam. tingkat
air kolam 20 cm (bulan pertama), 40 cm (bulan kedua), dan 80 cm (bulan
ketiga).
6. Tingkat Kejernihan Air
Pada dasarnya lele tidak suka air jernih. Hal ini dapat dilihat dari
sifat dan bentuk tubuhnya. pakan alam lele di malam hari menyebabkan
lele tidak perlu penglihatan yang baik. Hal ini juga didukung dari
bentuk tubuh memiliki kumis di sekitar mulut. Fungsi ini berguna untuk
meraba makanan.
Selain itu, sistem pernapasan ikan lele menggunakan labirin, yang
berarti bernapas lele tidak bergantung pada oksigen terlarut dalam air.
Dengan demikian, kondisi oksigen minimal lele dapat bertahan hidup air
berlumpur tersebut.
Meskipun ikan lele tidak suka air jernih, kita tidak bisa memasukan sembarangan air ke dalam kolam.
Bisa jadi kita memasukan air yang mengandung bakteri dan parasit yang
dapat menyebabkan penyakit. sebagai penangkalnya yaitu dengan memberikan
daun seperti yang disebutkan di atas sehingga air berwarna hijau.
7. Pakan
Pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pukul 07:00 pagi, 17:00 dan
22:00. Makanan tidak selalu harus 3 kali sehari, bisa jadi 4 kali,
tergantung pada kebutuhan ikan akan makan.
Dalam proses pakan budidaya ikan diberikan dengan menggunakan jenis
sentrat ikan 781-1 karena di dalamnya mengandung nutrisi yang di
butuhkan ikan protein minimal 35%, lemak 10-16%, karbohidrat 15-25%,
vitamin dan mineral. .
Pemberian pakan tidak boleh terlalu berlebihan karena akan menimbulkan
berbagai macam jenis penyakit akibat pakan yang mengendap yang tidak
termakan oleh ikan. akan menyebabkan amonia beracun.
Tips : Pakan Alami Juga Bisa Di Berikan Seprti Kroto Semut Rangrang
pakan ini akan lebih efektif dan efisien.
8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit tidak bisa dianggap remeh karena sangat mempengaruhi
baik volume produksi. maupun tingkat keberhasilan dalam budidaya ikan.
Hama biasanya binatang yang berang-berang, burung pemakan ikan, kucing,
dll Adapun penyakit seperti virus dan bakteri.
Pencegahan adalah dengan menggunakan semacam penghalang sehingga tidak
ada hewan liar yang masuk ke kolam dan makan benih lele. Untuk penyakit
dapat diberikan obat-obatan yang banyak tersedia di toko perikanan,
tergantung pada jenis penyakit yang menjangkit ikan lele.
9. Panen
Setelah Kurang lebih selama 90 hari, ikan akan dipanen. Pemanenan
dilakukan dengan menyortir dengan memilih ikan yang layak untuk
dikonsumsi (dijual) ukuran biasanya 4 sampai 7 ekor per kg atau sesuai
dengan keinginan pembeli, maka ukuran yang lebih kecil dipelihara
kembali.
10. Selamat Mencoba !
Apabila ada pertanyaan silahkan kirimkan pertanyaan anda ke email paulan_dkp2010@yahoo.co.id insyaalah saya jawab.